MENKES DIMINTA JELASKAN DAMPAK SUNTIK DIFTERI


Bogor, Lenterakhatulistiwa.com – Suntik DIFTERI yang belakangan ini dilaksanakan di seluruh Nusantara kurang tersosialisi mengenai fungsi dan dampaknya. Sebagai program nasional, seharusnya Kementrian Kesehatan dan jajarannya lakukan sosialisasi terlebih dahulu agar masyarakat tidak kebingungan mengenai efek samping dari suntik difteri tersebut. Salah satu contoh kasus yang dialami seorang siswa SMP N 1Kemang, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, dimana seusai mendapat suntikan itu anak lengan kirinya jadi kebas, lemah, bengkak dan tak dapat digerakkan serta si anak demam.

Dan hingga berita dipublikasi, anak tersebut masih terbaring lemah dan tak mampu mengangkat lengan kirinya yang terkena suntikan sehingga harus bolos sekolah.Suntikan difteri yang dilakukan oleh para bidan puskesmas di sekolah tersebut pada Kamis, 22/2/2018 menuai pertanyaan dari orang tua. Dan oleh karena kondisi anak yang terbaring lemah, orangtua siswa tersebut menghubungi Kepala Sekolah nya lewat jaringan WA.

Mendapat informasi dari orangtua siswa, kepsek tersebut mengatakan bahwa itu hal biasa dan tak perlu dikhawatirkan. Kemudian kepsek tersebut menjelaskan bahwa pada hari yang sama ada 1000 anak yang mendapatkan suntikan serupa oleh bidan 12 bidan puskesmas jampang. Dan kepsek mengarahkan orangtua siswa ke puskemas jampang untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

Suatu pertanyaan yang sangat perlu disikapi oleh pihak Kemenkes RI adalah, bagaimana cara kerja 12 orang bidan menyuntik 1000 anak dalam setengah hari? Bila 1000 dibagi 12, berarti setiap bidan melakukan suntikan kepada 83 siswa dalam waktu 4 jam. Ini suatu pekerjaan yang sangat dasyat tentunya. Bagaimana cara kerja bidan tersebut melakukannya? Mungkinkah penyuntikan itu menggunakan alat suntik yang steril?

Frans Samosir selaku orang tua siswa yang mendapatkan suntikan difteri itu mengatakan bahwa Pemerintah terlihat kurang siap dalam pelaksanaan program nasional ini. “Ini program yang kurang matang menurut saya. Kurang sosialisasi dari pihak Kemenkes sehingga menimbulkan kekhawatiran orangtua. Selain itu, perlu dipertanyakan mengenai kesiapan pemerintah dalam melaksanakan peogram ini. Terlebih karena kami mendapat informasi dari Ibu Kepsek N1 Kemang yang mengatakan bahwa kemaren (Kamis, 22/2-red), ada 1000 anak yang mendapat suntikan difteri dari 12 orang bidan. Padahal kita taulah jam belajar siswa hanya beberap jam saja. Artinya, dalam waktu setengah hari seorang bidan menyuntik sekitar 83 siswa. Patut dipertanyakan ini. Kapan waktunya bidan tersebut mengganti alat suntik? Mungkinkah masih steril alat suntiknya?”, tandas Frans.

Lagi menurutnya, bahwa setelah mengetahui kondisi anaknya yang terbaring lemah akibat suntikan difteri itu, ia berusaha menghubungi kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, namun tidak mendapat tanggapan. “Tadi malam setelah mendapat informasi dari anak bahwa tangannya tak bisa diangkat, bengkak, kebas dan demam, saya minta petunjuk kepada Pak Kadis lewat WA tapi g ada respon”, sebut Frans. Lebih jauh ia mengatakan, “Saya panik, karena hingga pagi ini anak saya masih terbaring lemah dan tak nisa sekolah”,(BA).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *