Pengamat: Gagasan Tolak Jokowi, Adalah Argumentasi Yang Gagal.


Sri Bintang Pamungkas politisi yang acapkali mengeluarkan pandangan efek “kejut”, karena memposisikan pemikirannya selalu ada “di seberang”.

Memposisikan diri di seberang, boleh jadi itulah yang membuat pandangan SBP amat sulit diterima akal sehat, apalagi untuk dipercaya publik. Bahkan bisa gagal argumentasi, Demikian di katakan Pengamat Komunikasi Politik Emrus Sihombing melalui rilis persnya yang di terima Lenterakhatulistiwa.com Minggu kemarin (11/03).

Pemikiran semacam ini, tutur Emrus, “Memang bisa saja muncul dalam suatu sistem demokrasi sebagai suatu anti tesis terhadap penyelenggaraan pemerintahan suatu negara yang sedang berjalan.

Hanya saja, pandangan SBP mengagas tolak Jokowi lebih berbasis subyektif, yaitu sudah terlebih dahulu memposisikan pemikirannya pada wilayah sepakat untuk tidak sepakat, sehingga argumentasi yang dibangun tidak didukung oleh sajian data yang lengkap, tidak disertai analisis mendalam dan apalagi tidak menarasikan pembahasan yang berbasis pada konsep, teori dan alur pikir yang konprehenship. Inilah saya sebut sebagai “gagal argumentasi.”ujar Emrus.

Dengan demikian, lanjut Emrus, “Gagasan gerakan tolak Jokowi hanya untuk kepentingan politik subyektif orang yang bersangkutan atau kelompok kepentingan lainnya yang ingin berkuasa dengan prakmatis.

Dengan kata lain, belum cukup kuat data, bukti dan argumentasi yang disajikan SBP, bahwa pandangannya tersebut bertujuan untuk keselamatan bangsa.

Lihat saja pemikiran yang SBP yang dimuat di beberapa media online, SBP menggagas gerakan tolak Jokowi menjadi presiden pada pilpres 2019 dengan sajian data sangat lemah. Bahkan SBP menyebut gerakan ini untuk menyelamatkan bangsa tanpa disertai argumentasi yang kuat.”tutur Emrus.

Jadi, lanjut Emrus, “Gagasan ini sangat miskin data dan argumentasi yang dibangun pun lemah dan sangat subyektif karena sama sekali mengesampingkan kinerja atau capaian pemerintahan JKW dalam berbagai sektor kehidupan sosial berbangsa dan bernegara. Misalnya, SBP tampaknya menutup mata untuk tidak melihat pembangunan sejumlah infrastruktur yang sedang berlangsung di seluruh tanah air.

Selain itu, lemahnya dukungan data jelas terlihat ketika SBP menawarkan SSH yang pantas menjadi Capres 2019, tanpa mengemukakan apakah SBP sudah mewawancarai atau menemui SSH untuk menggali data, sehingga terkesan memposisikan dua tokoh ini, JKW – SSH, sebagai lawan bersaing di Pilpres 2019 nanti.”ucap Emrus.

Karena itu, mempertemukan JKW – SSH oleh SBP pada Pilpres 2019 hanya sebagai “theatre of the mind” atau ilusi SBP semata.”pungkasnya.

( Apih)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *