Ketidakmampuan dalam menata pedagang kaki lima (PKL) di Pasar Anyar Kota Bogor merupakan salah satu “bukti nyata gagalnya” kepemimpinan Bima Arya Sugiarto sebagai Walikota Bogor. Selain itu, masih banyak kegagalan baik yang dirasakan oleh masyarakat Kota Bogor maupun tidak secara langsung dirasakan.
“Sudah hampir selesai masa jabatannya Walikota Bogor dalam memberikan perubahan baik tatanan Kota maupun mental masyarakat Bogor, tapi apa hasil yang dirasakan saat ini?” ucap praktisi hukum Budi Suryadi Putera, SH saat diwawancarai, Kamis 14/12/2017.
“Tak usah banyak kita menilai Bima Arya sebagai Walikota Bogor, kita lihat yang di depan mata, urusan menata PKL saja tidak selesai, di Pasar Anyar hampir seluruh masyarakat baik dari warga Bogor maupun dari luar Bogor, banyak melakukan aktivitas jual beli untuk kebutuhan rumah tangga,” lanjutnya.
“Dengan melihat kesemrawutan saja, khususnya dalam menata PKL, sudah jadi tolak ukur kegagalan dalam memimpin Kota Bogor.”
“Tidak usah bicara atau menilai masalah-masalah lain, revitalisasi atau pembangunan Blok F menunjukkan ketidaktegasan Bima Arya sebagai pemimpin yang mengakibatkan kebingungan pedagang.”
“Bukan hanya itu, Masjid Agung, Transmart, Masjid di Bogor Utara, kemacetan dan masih banyak lagi,” ungkap Budi.
Budi juga mengatakan, “jika hanya menata dan mengatur PKL di Pasar Anyar tidak mampu, dimana menurut saya aktifitas di sana sebagai miniatur aktifitas seluruh warga Kota Bogor, lebih baik nyatakan secara elegan bahwa saya gagal sebagai Walikota Bogor.”
“Buat apa mau maju kembali menjadi Walikota Bogor, harusnya sadar diri, hampir selesai kepemimpinan 5 tahun ini tidak bisa merubah dan memberi solusi tatanan PKL di Pasar Anyar berarti gagal dalam memimpin Kota Bogor,” tegas Budi
Menurut Budi, visi misi dan tujuan Bima Arya sebagai Walikota Bogor “sudah jelas gagal”.
“Tidak usah banyak menilai kita liat bersama kesemrawutan penataan PKL di Pasar Anyar sudah menjadi salah satu bukti gagalnya Bima Arya,” pungkasnya. Dody